Sabtu, 21 April 2012

"Tabik Tuan Selamat Datang "






Perang agresi kedua yang dilakukan Belanda terhadap NKRI juga berimbas ke kampuang halamanku Bukittinggi . Bukittinggi dalam perjalanan sejarah menjadi tempat kedudukkan PDRI (Pemerintahan Darurat Sementara Republik Indonesia ),setelah Bung Karno dan Bung Hatta ditangkap dan ditawan Belanda di Jogja. Sebelum ditangkap Bung Karno sempat mengirimkan telegram kepada Syafruddin Prawiranegara  yang sedang berada di Bukittinggi , memberi mandat membentuk pemerintahan sementara .
(Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Pada hari pertama Agresi Militer Belanda II, mereka menerjunkan pasukannya di Pangkalan Udara Maguwo dan dari sana menuju ke Ibukota RI di Yogyakarta. Kabinet mengadakan sidang kilat. Dalam sidang itu diambil keputusan bahwa pimpinan negara tetap tinggal dalam kota agar dekat dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sehingga kontak-kontak diplomatik dapat diadakan). Bukitinggi di bom bardir oleh pesawat musuh. Para pejuang melawan dengan melakukan aksi bumi hangus . Kantor pos Bukittinggi , istana dan bangunan penting lainnya  segera dibumi hanguskan dan mengosongkan kota . .Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dibawah  Syafruddin Prawiranegara segera menyingkir ke Koto Tinggi - Payakumbuah . Mereka sering  melakukan perpindahan  kedudukkan  pemerintahan untuk mensiasati agar Belanda tak bisa menangkap mereka .Aku yang pada waktu itu masih berumur 3th , digendong oleh papaku , dengan tergopoh - gopoh berjalan kaki dari pasa ateh Bukittinggi  bergegas menuju tigobaleh , terus kubang putih . Dentuman bom dan peluru yang berdesingan  meningkahi langkah kami menuju kekampuang kelahiran  Sungai Puar .Dengan terengah engah kami sampai di Sungai Puar dengan selamat . Setelah melakukan aksi bombardir , pasukan Belanda segera memasuki Bukittinggi dan sekitarnya .Sungai Puar yang terletak sekitar 5 km dari Bukittinggipun segera diduduki pasukan Belanda. Mereka memasuki rumah2 mencari para pejuang Republik Indonesia. Papaku segera memerintahkan ibuku menghidangkan sarapan pagi dan segera pura2 menyantapnya pada waktu tiga orang pasukan Belanda menaiki tangga rumah. Salah seorang kakak sepupuku  mencoba berlaku ramah dengan mengucapkan :"Tabik Tuan Selamat Datang ". Aku yang mendengar kakak sepupuku mengucapkan Tabik Tuan mencoba menirunya dengan lidah yang masih kelu . "Tabik Tuan Celamat pagi ". Belanda yang tadi kelihatan garang dan sangat waspada segera terlihat santai dan tertawa kepadaku .Si Belanda Putih Si Panjang Hidung itu mencoba membalas sapaanku dengan senyuman . Papaku juga menyapa Si Panjang hidung itu dengan mempersilakan mencoba hidangan yang tersedia. Belanda itu kemudian pergi tanpa melakukan aksi kekerasan . Aku dapat pujian dari saudara2ku karena bisa mencairkan suasana tegang mencekam menjadi santai .Lain kali aku akan menceritakan Kakekku , seorang pejuang yang menentang penjajahan , ditembak mati oleh Belanda ketika membuka pintu jendela rumahnya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar