Rabu, 30 April 2014

Partai Nasdem Resmi Berkoalisi dengan PDI

Pilih Partai No : 1

MENGEJAR ‘MANDAT LANGIT’, KISAH PRABOWO SUBIANTO


HINGGA sejauh ini, memasuki pekan ketiga setelah pemungutan suara pemilihan umum legislatif, terkesan kuat bahwa Letnan Jenderal (Purnawirawan) Prabowo Subianto berbagi peluang fifty-fifty dengan Jokowi untuk memenangkan kursi RI-1. Meskipun, tetap tak tertutup peluang bagi tokoh lainnya yang juga ikut ‘berburu’ mandat di medan yang sama. Apalagi, saat ini kegiatan negosiasi politik –tepatnya, mungkin aksi dagang sapi– untuk mencari pasangan koalisi berlangsung setengah rasional saja. Pertimbangan apa yang terbaik bagi bangsa dan negara, cenderung dikalahkan oleh semata kalkulasi keuntungan subjektif partai dan kelompok politik masing-masing. Maka pencapaian pasangan Presiden-Wakil Presiden terbaik dan paling ideal –berdasarkan kemampuan dan kualitas tokoh– misalnya, sulit bahkan mustahil tercapai, karena perbedaan subjektivitas (kepentingan sempit) partai-partai pendukung.
LETNAN JENDERAL PRABOWO SUBIANTO. "Di antara ‘beban’ sejarah yang tak mudah dilepas dari pundak Prabowo Subianto, adalah kasus penculikan dan penghilangan aktivis kritis di masa kekuasaan mertuanya, Jenderal Soeharto. Peristiwa itu, sejauh ini masih separuh jelas separuh gelap. Kenyataannya, masih terdapat sejumlah orang yang dianggap diculik atas perintah Jenderal Prabowo Subianto, hingga kini belum jelas keberadaannya. Kemungkinan besar sudah tewas, namun tak pernah ditemukan jasadnya... Namun, ‘beban’ sejarah yang paling berat, tentu adalah ‘percobaan kudeta’ yang sempat akan dilakukannya terhadap Presiden BJ Habibie masih di hari pertama setelah dilantik sebagai Presiden, 22 Mei 1998." (Sumber foto, Tempo)
LETNAN JENDERAL PRABOWO SUBIANTO. “Di antara ‘beban’ sejarah yang tak mudah dilepas dari pundak Prabowo Subianto, adalah kasus penculikan dan penghilangan aktivis kritis di masa kekuasaan mertuanya, Jenderal Soeharto. Peristiwa itu, sejauh ini masih separuh jelas separuh gelap. Kenyataannya, masih terdapat sejumlah orang yang dianggap diculik atas perintah Jenderal Prabowo Subianto, hingga kini belum jelas keberadaannya. Kemungkinan besar sudah tewas, namun tak pernah ditemukan jasadnya… Namun, ‘beban’ sejarah yang paling berat, tentu adalah ‘percobaan kudeta’ yang sempat akan dilakukannya terhadap Presiden BJ Habibie masih di hari pertama setelah dilantik sebagai Presiden, 22 Mei 1998.” (Sumber foto, Tempo)
            Walau memiliki peluang yang relatif sama, Jokowi dan Prabowo, memiliki perbedaan ketokohan yang diametral berbeda. Prabowo masih cukup beraroma tentara dan tergolong agresif, sementara Jokowi masih ‘cukup Jawa’. Dan ada lagi satu perbedaan yang sangat menonjol di antara keduanya. Bila Prabowo Subianto memiliki begitu banyak ‘sejarah’ –baik yang menguntungkan maupun yang kontroversial dan bisa menjadi beban– maka sebaliknya, Jokowi minim ‘sejarah’ yang diketahui publik. Orang hanya mengetahui bahwa Jokowi pernah menjadi Walikota Solo yang prestasinya sempat diapresiasi oleh sebuah lembaga internasional sebagai salah satu walikota yang termasuk terbaik di dunia.
Di Jakarta, orang masih harus menunggu bukti prestasi Jokowi sebagai Gubernur DKI yang baru seumur jagung. Tetapi kedekatan dan pendekatannya terhadap rakyat dalam tempo singkat bisa cukup mempesona, karena dianggap banyak berbeda dengan gaya kepemimpinan (yang menjemukan, menjengkelkan dan mengecewakan) para penguasa selama ini. Namun pesona itu juga sekaligus membangkitkan ekspektasi yang luar biasa tinggi, sehingga juga dibayangi oleh kemungkinan kekecewaan yang juga luar biasa besarnya nanti bila ia salah langkah. Katakanlah, ia berhasil memenangkan ‘mandat langit’ dari rakyat –yang secara retoris digambarkan sebagai penyampai suara Tuhan di bumi– tetapi kemudian tidak bisa segera memenuhi tuntutan ekspektasi rakyat, bisa diperkirakan apa yang terjadi. Mungkin ia akan menghadapi gelombang ‘kemarahan’ yang lebih besar, karena ini merupakan kekecewaan kedua rakyat terhadap pemimpin yang berhasil merangsang ekspektasi tinggi. Belum lagi manuver dari partai politik lainnya, bahkan manuver akrobatik internal partai pendukung utamanya sendiri, PDIP.
Susilo Bambang Yudhoyono adalah tokoh pertama pemicu ekspektasi tinggi berkat ‘keberhasilan’ politik pencitraannya. Terhadap periode pertama kepresidenannya, rakyat masih mendua sikap. Tapi terhadap periode keduanya, ia memicu kekecewaan lebih besar. Untuk sebagian, tercermin dari nyaris gagalnya Partai Demokrat mempertahankan eksistensi. Hanya faktor x di tengah pelaksanaan pemilihan umum 2014 ini yang menolong partai tersebut untuk tidak terbanting jauh ke bawah. Apakah faktor x juga akan berhasil menolong partai SBY ini dalam keikutsertaan bermain pada arena pemilihan presiden mendatang ini, merupakan suatu tanda tanya tersendiri yang menarik dan perlu dicermati.
Prabowo dan Soemitro Djojohadikoesoemo. Di antara ‘beban’ sejarah yang tak mudah dilepas dari pundak Prabowo Subianto, adalah kasus penculikan dan penghilangan aktivis kritis di masa kekuasaan mertuanya, Jenderal Soeharto. Peristiwa itu, sejauh ini masih separuh jelas separuh gelap. Kenyataannya, masih terdapat sejumlah orang yang dianggap diculik atas perintah Jenderal Prabowo Subianto, hingga kini belum jelas keberadaannya. Kemungkinan besar sudah tewas, namun tak pernah ditemukan jasadnya, seperti misalnya Dedi Hamdun suami artis film Eva Arnaz. Para keluarga korban penculikan dan penghilangan orang di masa-masa akhir kekuasaan Soeharto itu, bisa bersiap-siap untuk acara penguburan kasus kejahatan atas HAM itu, bila Prabowo Subianto yang berhasil menjadi Presiden RI mendatang.
            Upacara ‘penguburan’ yang sama juga akan terjadi untuk upaya pengungkapan teka-teki kejahatan kemanusiaan berupa kekerasan fisik dan perkosaan dalam Peristiwa Mei 1998. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang diketuai Marzuki Darusman, yang melakukan penelusuran segera setelah peristiwa terjadi, antara lain memunculkan dugaan keterlibatan Prabowo Subianto dalam rangkaian peristiwa tahun 1998 itu. Bersama Prabowo, beberapa nama lain juga sejauh ini belum formal terungkap peranannya dalam kerusuhan Mei 1998 itu, meski telah disebut-sebut dalam laporan TGPF, yakni Mayor Jenderal (waktu itu) Sjafrie Sjamsuddin dan Jenderal Wiranto. Nama mereka, dalam konteks peristiwa tahun 1998 itu, juga sempat disinggung Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sintong Panjaitan dalam buku biografinya,Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009).
            Namun, ‘beban’ sejarah yang paling berat, tentu adalah ‘percobaan kudeta’ yang sempat akan dilakukannya terhadap Presiden BJ Habibie masih di hari pertama setelah dilantik sebagai Presiden, 22 Mei 1998. (Baca juga, Indonesia 2014: Dari Anomali ke Anomali, socio-politica.com, March 4, 2014). Sejak Habibie bertambah dekat dengan Soeharto –yang sering dipujinya sebagai SGS, Super Genius Soeharto– ia banyak ‘dimusuhi’ lingkaran Soeharto lainnya, termasuk kalangan arus utama militer. Tetapi Letnan Jenderal Prabowo –menantu Soeharto– justru memberikan dukungan di tengah kelangkaan kepada kehadiran Habibie di lingkaran Soeharto. Untuk ini Prabowo menjadi bagian dari hanya sedikit kalangan jenderal yang bersedia menjalin kedekatan dengan teknolog pesawat terbang itu. Dukungan Prabowo dan sedikit saja dari kalangan jenderal itu, toh cukup memadai untuk keberlangsungan gagasan-gagasan bidang iptek BJ Habibie di tahun-tahun terakhir masa Soeharto. Lebih dari itu, secara menakjubkan, BJ Habibie yang juga memiliki sayap pendukung utama lainnya, yakni Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bisa memenangkan kesempatan dalam kompetisi calon Wakil Presiden bagi Soeharto untuk masa jabatan 1998-2003.
Semula berita upaya kudeta Mei 1998 dibantah Prabowo, tetapi setelah sekian tahun, mulai diakuinya meskipun sebagian dengan gaya bercanda. Kenapa akhirnya kudeta tak jadi dilakukan? Selain soal perhitungan taktis, agaknya peranan ayahandanya, Professor Soemitro Djojohadikoesoemo, sebagai faktor pencegah amat besar. Begawan ekonomi dengan pengalaman internasional itu pasti tahu betul bahwa bilamana puteranya yang Letnan Jenderal itu melakukan kudeta, ia akan ditolak dan dimusuhi oleh negara-negara barat yang suka atau tidak suka merupakan kekuatan penentu secara global. Dan mungkin saja, tindakan seperti itu bertentangan dengan hati nurani sang professor yang berlatarbelakang politik sosialis ‘kanan’ itu.
KERUSUHAN MEI 1998. "Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang diketuai Marzuki Darusman, yang melakukan penelusuran segera setelah peristiwa terjadi, antara lain memunculkan dugaan keterlibatan Prabowo Subianto dalam rangkaian peristiwa tahun 1998 itu. Bersama Prabowo, beberapa nama lain juga sejauh ini belum formal terungkap peranannya dalam kerusuhan Mei 1998 itu, meski telah disebut-sebut dalam laporan TGPF, yakni Mayor Jenderal (waktu itu) Sjafrie Sjamsuddin dan Jenderal Wiranto." (foto download)
KERUSUHAN MEI 1998. “Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang diketuai Marzuki Darusman, yang melakukan penelusuran segera setelah peristiwa terjadi, antara lain memunculkan dugaan keterlibatan Prabowo Subianto dalam rangkaian peristiwa tahun 1998 itu. Bersama Prabowo, beberapa nama lain juga sejauh ini belum formal terungkap peranannya dalam kerusuhan Mei 1998 itu, meski telah disebut-sebut dalam laporan TGPF, yakni Mayor Jenderal (waktu itu) Sjafrie Sjamsuddin dan Jenderal Wiranto.” (foto download)
            Tentu menjadi pertanyaan, apakah seorang yang berlatarbelakang militer agresif, dan pernah mencoba melakukan kudeta, bisa merubah dan membentuk kembali dirinya sebagai seorang Presiden di suatu negara yang berkeinginan membangun supremasi sipil berdasarkan sistem demokrasi? Apalagi dengan belajar dari ketidakberhasilan seorang militer seperti Susilo Bambang Yudhoyono yang untuk berubah menjadi pemimpin sipil memerlukan terlalu banyak kompromi dan persuasi yang  sering salah tempat dan salah waktu?
            Kecemasan BJ Habibie, Mei 1998. Menurut Letnan Jenderal Sintong Panjaitan, Prabowo datang ke Istana pukul 15.00 Jumat 22 Mei 1998, setelah mendengar dari Fanny Habibie –adik kandung BJ Habibie– bahwa dirinya dicopot dari jabatan Panglima Kostrad. Prabowo datang ke Istana mengendarai tiga mobil Landrover bersama 12 orang pengawalnya. “Bagi Prabowo masuk ke Istana tidak menjadi masalah, karena cukup banyak perwira Pasukan Pengamanan Presiden yang mengenal dirinya. Namun pada waktu Prabowo masuk, para petugas agak tegang.” Berdasarkan prosedur, para tamu presiden harus menunggu dulu di lantai dasar, untuk diperiksa dan ‘disterilkan’. Tapi, Prabowo langsung naik lift menuju lantai 4, tanpa ada petugas yang berani mencegahnya.
Mendengar laporan mengenai apa yang dilakukan Prabowo, penasehat militer presiden, Letnan Jenderal Sintong Panjaitan memberi perintah kepada petugas agar mencegah Prabowo yang bersenjata lengkap masuk ke ruang presiden sebelum dirinya memberi izin. Sintong dengan cepat menganalisis kedatangan Prabowo siang itu, terkait dengan pencopotan dari jabatan Panglima Kostrad. Menurut Sintong, “terdapat tiga kemungkinan; yaitu pertama, Prabowo akan menerima; Kedua, ia akan menawar; Dan ketiga, ia akan menolak perintah.” Padahal, dalam kamus militer sebenarnya hanya ada satu pilihan, yaitu siap melaksanakan perintah. Sintong juga menganggap sangat janggal bila dalam situasi semacam itu Presiden BJ Habibie harus berhadapan dengan Prabowo yang bersenjata lengkap.
Sintong memerintahkan perwira petugas agar meminta dengan sopan dan hormat pada Prabowo untuk menyerahkan senjatanya. Dalam waktu yang sama disiapkan petugas berpakaian preman tapi bersenjata lengkap di lantai 4 untuk menurunkan Prabowo dengan paksa ke lantai dasar seandainya ia menolak menyerahkan senjatanya. Ternyata, Prabowo tidak berkeberatan menyerahkan senjatanya –pistol yang tertambat di kopelrimnya, magasen peluru, pisau rimba dan beberapa peralatan lainnya– kepada petugas.
Baik BJ Habibie maupun Sintong Panjaitan, kelak di kemudian hari menceritakan dalam bukunya masing-masing, apa yang terjadi dan apa yang dibicarakan dalam pertemuan di ruang presiden sore itu. Namun penuturan-penuturan itu tidak cukup lengkap menggambarkan beberapa momen penting yang terjadi, dan bagaimana sesungguhnya BJ Habibie ‘memahami’ dan memaknai esensi insiden itu. Akan tetapi, mungkin tidak banyak diketahui, bahwa hanya dalam hitungan satu atau dua jam sesudahnya Presiden BJ Habibie meminta waktu bertemu di suatu tempat dengan seorang duta besar negara barat (Eropa) yang cukup penting, yang saat itu bertugas di Indonesia.
Dalam pertemuan dengan duta besar itu, BJ Habibie menyampaikan kecemasan-kecemasannya tentang apa yang telah dan mungkin akan dilakukan Letnan Jenderal Prabowo pasca peristiwa sore itu di Istana. Agaknya, BJ Habibie menyampaikan sejumlah curahan hati, serta, katakanlah semacam permintaan terkait keamanan dan keselamatannya. Sang duta besar menangkap adanya kecemasan yang cukup berkadar tinggi dari BJ Habibie, terhadap ancaman yang diucapkan maupun maupun tersirat dari bahasa tubuh Prabowo Subianto kala itu. Sang duta besar bisa memahami dan menganggap pantas bila BJ Habibie sangat cemas setelah pertemuan dengan Prabowo itu.
Tapi bagaimana sesungguhnya, tingkat kecemasan BJ Habibie dan bagaimana ia menilai tingkat potensi bahaya yang ada saat itu, tentu hanya BJ Habibie sendiri yang paling mengetahui. Mungkin BJ Habibie perlu membagi informasi peristiwa 22 Mei 1998 itu, dan bagaimana ia menilai sosok Prabowo Subianto sebagai seorang pemimpin yang kini menjadi salah satu tokoh yang berkemungkinan menjadi seorang Presiden melalui Pemilihan Umum Presiden 9 Juli mendatang. Itu akan menjadi masukan berharga bagi para calon pemilih, terkait masa depan bangsa dan negara ini. Tanpa informasi dan konfirmasi yang lebih lengkap dan terbuka, mungkin publik hanya bisa meraba-raba apa yang dimaksud BJ Habibie dengan kriteria Presiden Indonesia mendatang, yang menurutnya sebaiknya adalah tokoh muda. Apakah BJ Habibie sedang mengisyaratkan suatu bahaya bila tokoh-tokoh ‘senior’  tertentu yang ada saat ini dibiarkan menjadi Presiden, termasuk Prabowo? Prabowo memang masih berpenampilan muda, namun usiaya jelas bukan muda lagi. (socio-politica.com)
*Tulisan ini samasekali tidak terkait dengan tujuan pendiskreditan tokoh. Dasar utama semata-mata menggali informasi yang benar tentang tokoh. Tulisan berikutnya, mengenai tokoh-tokoh lainnya yang sedang disiapkan atau mempersiapkan diri dalam proses mencari ‘mandat langit’ dari rakyat, baik sebagai presiden maupun sebagai wakil presiden.

Jumat, 11 April 2014

"PROYEKSI CAPRES/CAWAPRES VERSI KOALISI CIKEAS"


Fb @MATANEWS.com

 1. Kita bahas hasil pemilu, tokoh2 potensial capres dan kemungkinan koalisi ya ..media2 banyak salah dalam menganalisa
 2. Pertama hasil pemilu. QC bukan hasil perhitungan riel atau resmi. Hitungan KPU pasti beda dgn QC. Meski bedanya tdk akan terlalu jauh
3. Kita asumsikan beda hasil KPU dgn QC adalah sebesar margin error yg ditetapkan masing2 lemabaga survey yg lakukan QC, yakni 1-2%.
 4. Kita asumsikan juga, PDIP dan PKB yang punya basis massa pemilih dominas Jawa, konsekwensinya harga kursi DPR PDIP dan PKB "sangat mahal"
5. Artinya, untuk mendapat 1 kursi DPR di Jawa, diperlukan ratusan ribu suara pemilih sah. Mini 80 ribuan. Sangat beda dgn kursi luar jawa
 6. Luar Jawa, utk 1 kursi DPR cukup puluhan ribu, rata2 di atas 30 ribu suara sdh dapat 1 kursi, bahkan ada yg cukup dgn belasan ribu suara
7. Propinsi lain yang cukup mahal harga kursinya adalah Bali dan Sumut hampir sama dgn Jawa. Dan lagi2 keduanya adalah basis massa PDIP
8. Dengan fakta politik seperti itu, perolehan suara PDIP 19%, hanya menghasilkan kursi DPR maksimum      14 - 15% kursi DPR
 9. Demikian juga halnya dgn PKB, meski meraih 9% suara, kursi DPR PDIP max hanya 6-7% saja.    Bahkan PKB mungkin hanya dapat 5% kursi DPR
10. Informasi perolehan kursi DPR ini sangat penting, karena syarat partai utk mengajukan pasangan capres - cawapres : min 25% suara ATAU .
. 11. Syarat pengajuan capres-cawapres min 25% suara atau 20% kursi DPR. Jika tdk, maka partai itu harus bergabung dgn partai lain : KOALISI
 12. Partai apa bergabung dgn partai apa, akan sangat ditentukan faktor2 sbb : ideologi, latar belakang, tokoh/ ketua partai dan deal2
 13. Faktor Ideologi misalnya : akan sangat sulit PDIP bergabung dgn Golkar atau dgn Demokrat. Ideologinya beda.
14. Faktor latar belakang : PDIP dan Golkar tdk pernah akur, PDIP dgn PD juga tdk pernah akur. Ga bakalan terjadi koalisi diantara mereka
15. Faktor Tokoh Partai misalnya : tdk mungkin PD bergabung dgn PDIP. Megawati dan SBY seperti air dan minyak, Tom and Jerry : "musuhan"
16. Dari fakta politik tsb : tidak mungkin PDIP koalisi dgn PD dan Golkar atau sebaliknya. PDIP hanya bisa koalisi dgn partai diluar itu
17. Dari latar belakang &deal2 sebelum pemilu : bakal koalisi sdh terlihat nyata, hasil pemilu jg jelas, kalau anda cermat membacanya hehe
18. Dari hasil pemilu, latar belakang dan deal2 sebelumnya, jelas TERBACA koalisi besar (istana/cikeas) sesungguhnya terjadi hehe
19. Terlihat jelas partai2 "sekoci/satelit PD" raih suara signifikan, yakni : PKB, PAN dan PKS. Gerindra "partai mitra PD" jg melonjak tajam
 20. Gabungan PD, Gerindra, PKB, PAN, PKS = > 40% suara. Bgmn dgn Golkar ? PG mah tergantung tarif. Ada uang ada barang (dukungan) 22. Golkar akan pragmatis. Ketumnya ARB tdk bakal jadi capres. Sdh hancur di dalam dan luar negeri. Kartu mati. Kalau cawapres, bolehlah 23. Kok Golkar tetap menang? Bahkan mungkin jadi peraih kursi terbanyak di Senayan? Ingat, golkar itu siapa. Partai Orba yg mengakar, mapan 24. Selama Golkar tdk dibubarkan, selamanya pula golkar tdk akan pernah turun jadi partai kecil. Min 15% kursi DPR sdh jadi jatah Golkar 25. Mesin golkar tercanggih. Kader2 golkar "sgt berpengalaman & paling berkualitas". 1 agta DPR Golkar setara dgn 2-3 agta DPR partai lain 26. Nah, PDIP mau koalisi kemana ? Nasdem. Partai ini semula akan jadi partai sekoci /satelit Jokowi jk kemarin Megawati tolak dukung Jokowi 27. Mafia konglo2 cina dipimpin James Riady dgn GodFather antoni salim, sdh siap2 alih uang& dukungan ke Nasdem, jika PDIP/Mega tolak Jokowi 28. Nasdem dipimpin surya paloh dgn Jusuf Kalla di belakang layar. Apakah akan koalisi dgn PDIP? Belum tentu. Karena Jokowi batal nyapres 29. Keterpaksaan Megawati beri dukungan (bukan mencapreskan) Jokowi, diikuti syarat : jokowi akan jadi capres PDIP jika dpt > 25% suara 30. Ternyata jokowi effect jeblok. Rakyat sdh tahu jokowi itu tdk berkualitas, tdk berintegritas, cacat moral, hny boneka cina dan pembohong 31. Jokowi akan jadi capres PDIP jika mafia2 cina dan arkansas connection bisa beri jaminan tertulis Jokowi bisa direkayasa jadi presiden 32. Meski begtu, Megawati tentu tdk percaya bgtu saja. Konsesi dan kompensasi yg diajukan megawati kpd mafia konglo cina pasti sangat besar 33. Konsesi itu bisa jadi adalah : wakil Jokowi harus dari PDIP (nanan atau puan), biaya kampanye /pemenangan pilpres ditanggung semua, .. 34. Megawati berhak menentukan mayoritas agta kabinet dan jabatan2 strategis lain, Mega berhak ikut mengendalikan pemerintahan, dst dst 35. Puncaknya adalah Megawati akan ajukan diri sendiri sbg capres dan jokowi sbg cawapres, dgn tugas khusus Jokowi : urus jabodetabek 36. Intinya : mafia konglo cina dan arkansas connetion akan mati kutu dibikin Megawati gara2 kegagalan Jokowi. Bravo Mega ! Congrats !! 37. Tahukah anda siapa pemenang sejati dalam pemilu kali ini ? Dia adalah Presiden SBYudhoyono ! SBY tetap pegang kendali dan semua kartu 38. Sadar bhw PD secara "legitimasi dan opini politik" tdk boleh raih suara besar (akan timbul gejolak), partai sekoci/mitra yg dibesarkan 39. PKB adalah partai anak kandung SBY. Sbg jaminan, muhaimin dikawal Rusdi Kirana, atas perintah SBY. Done ! Mission has accomplished ! 40. PAN adalah partai besan. Utk jamin rencana SBY sukses, Hatta diberikan sumber daya pemenangan pemilu. Mission has accomplished too ! 41. Bgmn dgn PBB ? Partai ini anak angkat SBY. Seharusnya diloloskan PT, tapi plan A (The Red Plan batal), Yusril /PBB tdk lagi dibutuhkan. 42. PKS adalah partai koalisi SBY dlm keterpaksaan. Daripada Anis Matta, Hilmi, Gatot, Irwan dan aher dikriminalisasi KPK, join deh dgn SBY 43. Gerindra adalah partai mitra sby, sejak kesepakatan awal saat Pansus DPR anti mafia pajak, 2 thn lalu. Plus deal2 Prabowo sbg successor 44. SBY - Prabowo sdh deal dan dipertajam saat pertemuan terakhir di Cikeas. Karena hanya duet SBY - Prabowo yg sanggup hadang mafia cina 45. SBY - Prabowo sadar benar bahaya mafia konglo cina + arkansas connection dibalik Jokowi dgn menumpang (jadi parasit) di PDIP 46. Mafia Konglo2 cina indonesia dibantu cina connection, punya target maks : jokowi presiden (boneka), Target minimal : Prabowo gagal RI 47. Apakah Koalisi SBY - Prabowo ini akan langgeng di pilpres? Bisa ya bisa tidak. Berikut ini analisa sementaranya : 48. Analisa dimulai dgn premis sbb : 1. Cawapres Prabowo harus tokoh yg benar2 dipercaya SBY 2. Menjamin kepentingan2 sby dan cikeas 49. Dari Premis tadi, siapa cawapres Prabowo yg akan disodorkan SBY ? Ani SBY, Agus SBY atau Gita Wirjawan ? Pramono EW mustahil. 50. Tetapi SBY juga punya keyakinan Prabowo sulit menang jadi presiden. Semua cara akan dilakukan mafia konglo cina gagalkan prabowo 51. Dari keyakinan SBY itu, ada kemungkinan SBY main dua kaki : ajukan capres sendiri. Siapa ? Bu Ani SBY. Bisa menang ? Sangat mungkin 52. Ditengah2 ketiadaan capres ideal (mungkin ini juga hasil rekayasa SBY hehe), Bu Ani akan muncul sbg alternatif Presiden RI !! 53. Karena, baik pemilu mau pun pilpres, peran SBY dalam menentukan siapa pemenangnya, masih sangat dominan. Kenapa? Nanti kita bahas heuheu 54. Bgmn dengan Golkar? ARB mah akan jual dukungan pada pembeli harga tertinggi. ARB dan Golkar tetap jadi King Maker saja. Luar biasa SBY ! 55. Pilpres 2014 sgt menarik, dinamis & penuh kejutan hehe .. Maka bacalah yg tersirat, jgn terpukau yg kasat mata. Sekian dulu. MERDEKA BUNG! "PROYEKSI CAPRES/CAWAPRES VERSI KOALISI CIKEAS" Fb @MATANEWS.com 1. Kita bahas hasil pemilu, tokoh2 potensial capres dan kemungkinan koalisi ya ..media2 banyak salah dalam menganalisa 2. Pertama hasil pemilu. QC bukan hasil perhitungan riel atau resmi. Hitungan KPU pasti beda dgn QC. Meski bedanya tdk akan terlalu jauh 3. Kita asumsikan beda hasil KPU dgn QC adalah sebesar margin error yg ditetapkan masing2 lemabaga survey yg lakukan QC, yakni 1-2%. 4. Kita asumsikan juga, PDIP dan PKB yang punya basis massa pemilih dominas Jawa, konsekwensinya harga kursi DPR PDIP dan PKB "sangat mahal" 5. Artinya, untuk mendapat 1 kursi DPR di Jawa, diperlukan ratusan ribu suara pemilih sah. Mini 80 ribuan. Sangat beda dgn kursi luar jawa 6. Luar Jawa, utk 1 kursi DPR cukup puluhan ribu, rata2 di atas 30 ribu suara sdh dapat 1 kursi, bahkan ada yg cukup dgn belasan ribu suara 7. Propinsi lain yang cukup mahal harga kursinya adalah Bali dan Sumut hampir sama dgn Jawa. Dan lagi2 keduanya adalah basis massa PDIP 8. Dengan fakta politik seperti itu, perolehan suara PDIP 19%, hanya menghasilkan kursi DPR maksimum 14 - 15% kursi DPR 9. Demikian juga halnya dgn PKB, meski meraih 9% suara, kursi DPR PDIP max hanya 6-7% saja. Bahkan PKB mungkin hanya dapat 5% kursi DPR 10. Informasi perolehan kursi DPR ini sangat penting, karena syarat partai utk mengajukan pasangan capres - cawapres : min 25% suara ATAU .. 11. Syarat pengajuan capres-cawapres min 25% suara atau 20% kursi DPR. Jika tdk, maka partai itu harus bergabung dgn partai lain : KOALISI 12. Partai apa bergabung dgn partai apa, akan sangat ditentukan faktor2 sbb : ideologi, latar belakang, tokoh/ ketua partai dan deal2 14. Faktor Ideologi misalnya : akan sangat sulit PDIP bergabung dgn Golkar atau dgn Demokrat. Ideologinya beda. 15. Faktor latar belakang : PDIP dan Golkar tdk pernah akur, PDIP dgn PD juga tdk pernah akur. Ga bakalan terjadi koalisi diantara mereka 16. Faktor Tokoh Partai misalnya : tdk mungkin PD bergabung dgn PDIP. Megawati dan SBY seperti air dan minyak, Tom and Jerry : "musuhan" 17. Dari fakta politik tsb : tidak mungkin PDIP koalisi dgn PD dan Golkar atau sebaliknya. PDIP hanya bisa koalisi dgn partai diluar itu 18. Dari latar belakang &deal2 sebelum pemilu : bakal koalisi sdh terlihat nyata, hasil pemilu jg jelas, kalau anda cermat membacanya hehe 19. Dari hasil pemilu, latar belakang dan deal2 sebelumnya, jelas TERBACA koalisi besar (istana/cikeas) sesungguhnya terjadi hehe 20. Terlihat jelas partai2 "sekoci/satelit PD" raih suara signifikan, yakni : PKB, PAN dan PKS. Gerindra "partai mitra PD" jg melonjak tajam 21. Gabungan PD, Gerindra, PKB, PAN, PKS = > 40% suara. Bgmn dgn Golkar ? PG mah tergantung tarif. Ada uang ada barang (dukungan) 22. Golkar akan pragmatis. Ketumnya ARB tdk bakal jadi capres. Sdh hancur di dalam dan luar negeri. Kartu mati. Kalau cawapres, bolehlah 23. Kok Golkar tetap menang? Bahkan mungkin jadi peraih kursi terbanyak di Senayan? Ingat, golkar itu siapa. Partai Orba yg mengakar, mapan 24. Selama Golkar tdk dibubarkan, selamanya pula golkar tdk akan pernah turun jadi partai kecil. Min 15% kursi DPR sdh jadi jatah Golkar 25. Mesin golkar tercanggih. Kader2 golkar "sgt berpengalaman & paling berkualitas". 1 agta DPR Golkar setara dgn 2-3 agta DPR partai lain 26. Nah, PDIP mau koalisi kemana ? Nasdem. Partai ini semula akan jadi partai sekoci /satelit Jokowi jk kemarin Megawati tolak dukung Jokowi 27. Mafia konglo2 cina dipimpin James Riady dgn GodFather antoni salim, sdh siap2 alih uang& dukungan ke Nasdem, jika PDIP/Mega tolak Jokowi 28. Nasdem dipimpin surya paloh dgn Jusuf Kalla di belakang layar. Apakah akan koalisi dgn PDIP? Belum tentu. Karena Jokowi batal nyapres 29. Keterpaksaan Megawati beri dukungan (bukan mencapreskan) Jokowi, diikuti syarat : jokowi akan jadi capres PDIP jika dpt > 25% suara 30. Ternyata jokowi effect jeblok. Rakyat sdh tahu jokowi itu tdk berkualitas, tdk berintegritas, cacat moral, hny boneka cina dan pembohong 31. Jokowi akan jadi capres PDIP jika mafia2 cina dan arkansas connection bisa beri jaminan tertulis Jokowi bisa direkayasa jadi presiden 32. Meski begtu, Megawati tentu tdk percaya bgtu saja. Konsesi dan kompensasi yg diajukan megawati kpd mafia konglo cina pasti sangat besar 33. Konsesi itu bisa jadi adalah : wakil Jokowi harus dari PDIP (nanan atau puan), biaya kampanye /pemenangan pilpres ditanggung semua, .. 34. Megawati berhak menentukan mayoritas agta kabinet dan jabatan2 strategis lain, Mega berhak ikut mengendalikan pemerintahan, dst dst 35. Puncaknya adalah Megawati akan ajukan diri sendiri sbg capres dan jokowi sbg cawapres, dgn tugas khusus Jokowi : urus jabodetabek 36. Intinya : mafia konglo cina dan arkansas connetion akan mati kutu dibikin Megawati gara2 kegagalan Jokowi. Bravo Mega ! Congrats !! 37. Tahukah anda siapa pemenang sejati dalam pemilu kali ini ? Dia adalah Presiden SBYudhoyono ! SBY tetap pegang kendali dan semua kartu 38. Sadar bhw PD secara "legitimasi dan opini politik" tdk boleh raih suara besar (akan timbul gejolak), partai sekoci/mitra yg dibesarkan 39. PKB adalah partai anak kandung SBY. Sbg jaminan, muhaimin dikawal Rusdi Kirana, atas perintah SBY. Done ! Mission has accomplished ! 40. PAN adalah partai besan. Utk jamin rencana SBY sukses, Hatta diberikan sumber daya pemenangan pemilu. Mission has accomplished too ! 41. Bgmn dgn PBB ? Partai ini anak angkat SBY. Seharusnya diloloskan PT, tapi plan A (The Red Plan batal), Yusril /PBB tdk lagi dibutuhkan. 42. PKS adalah partai koalisi SBY dlm keterpaksaan. Daripada Anis Matta, Hilmi, Gatot, Irwan dan aher dikriminalisasi KPK, join deh dgn SBY 43. Gerindra adalah partai mitra sby, sejak kesepakatan awal saat Pansus DPR anti mafia pajak, 2 thn lalu. Plus deal2 Prabowo sbg successor 44. SBY - Prabowo sdh deal dan dipertajam saat pertemuan terakhir di Cikeas. Karena hanya duet SBY - Prabowo yg sanggup hadang mafia cina 45. SBY - Prabowo sadar benar bahaya mafia konglo cina + arkansas connection dibalik Jokowi dgn menumpang (jadi parasit) di PDIP 46. Mafia Konglo2 cina indonesia dibantu cina connection, punya target maks : jokowi presiden (boneka), Target minimal : Prabowo gagal RI 47. Apakah Koalisi SBY - Prabowo ini akan langgeng di pilpres? Bisa ya bisa tidak. Berikut ini analisa sementaranya : 48. Analisa dimulai dgn premis sbb : 1. Cawapres Prabowo harus tokoh yg benar2 dipercaya SBY 2. Menjamin kepentingan2 sby dan cikeas 49. Dari Premis tadi, siapa cawapres Prabowo yg akan disodorkan SBY ? Ani SBY, Agus SBY atau Gita Wirjawan ? Pramono EW mustahil. 50. Tetapi SBY juga punya keyakinan Prabowo sulit menang jadi presiden. Semua cara akan dilakukan mafia konglo cina gagalkan prabowo 51. Dari keyakinan SBY itu, ada kemungkinan SBY main dua kaki : ajukan capres sendiri. Siapa ? Bu Ani SBY. Bisa menang ? Sangat mungkin 52. Ditengah2 ketiadaan capres ideal (mungkin ini juga hasil rekayasa SBY hehe), Bu Ani akan muncul sbg alternatif Presiden RI !! 53. Karena, baik pemilu mau pun pilpres, peran SBY dalam menentukan siapa pemenangnya, masih sangat dominan. Kenapa? Nanti kita bahas heuheu 54. Bgmn dengan Golkar? ARB mah akan jual dukungan pada pembeli harga tertinggi. ARB dan Golkar tetap jadi King Maker saja. Luar biasa SBY ! 55. Pilpres 2014 sgt menarik, dinamis & penuh kejutan hehe .. Maka bacalah yg tersirat, jgn terpukau yg kasat mata. Sekian dulu. MERDEKA BUNG! Suka · · Bagikan Komentar Terpopuler 17 orang menyukai ini. 16 berbagi Surya Syam Agus Martono Semoga bukan "slmat dtg koruptor baru.." pakde samad iso tambah stress.. runyam... Suka · Balas · 2 · 16 jam yang lalu Ucok Oplosan Kepedean ..., saatnya presiden RI skrng bukan dr militer ... Suka · Balas · 1 · 12 jam yang lalu · Telah disunting Priyadi Setyawan pdip bisa mengajukan cpres sndiri krn memperoleh 20% krsi senayan, tinggal selangkah lg insya' allah JOKOWI RI 1...., selamat datang INDONESIA BARU.... Suka · Balas · 1 · 16 jam yang lalu Erwan Azra Masih terlalu dini, survey aja banyak yg ngawur apalagi paket capres Suka · Balas · 1 jam Ithi Widiaithu Anipoenya hiduuuuppp koruuptoorr Suka · Balas · 1 jam Harun Al Rasyid Kalo ibu Asu yang menang, bubarin aja republik ini. Suka · Balas · 9 jam Effendi Chan agak bingung mencernanya,tp dlm politik smuanya mungkin. Suka · Balas · 12 jam yang lalu Aqncs M Stmg Eeehhhh....ketahuan...Bodat Suka · Balas · 13 jam yang lalu Helmi Nuravian Koyok ngerti2o Suka · Balas · 15 jam yang lalu Vladimir Mahmoed Sayeed FORMASI ini berarti sangat dimungkinkan..! Foto Vladimir Mahmoed Sayeed. Suka · Balas · 15 jam yang lalu Mas Jarkoni katanya sby di dukung cina,terus ada yg bilang prabowo juga ini malah jokowi ikut...sebenernya mksdnya apa to giring opini murahan kaya gini Suka · Balas · 16 jam yang lalu Zulviana Ross asikkk ya kalau sudah bisa bermain, semua akan dipermainkan dan rakyat dicari hanya saat dibutuhkan namun setelah itu seperti yang dulu-dulu habis manis sepah dibuang dan setelah 5th berikutnya sepah akan dikunyah lagi haha yg sebenarnya boneka itu adalah rakyat karena mereka selalu dipermainkan tapi susah untuk sadar hhhhhh... Suka · Balas · 1 · 15 jam yang lalu Eldy Oezill Siapa pun pemimpin nya yg penting bisa mengemban AMANAH Kalo emang buat kemajuan indonesia Semuanya bergabung bersatu ...Lihat Selengkapnya Suka · Balas · 1 · 16 jam yang lalu Ronny Setiawan II Info yang beredar, Dahlan Iskan. Bagaimana kemungkinan itu? Suka · Balas · 16 jam yang lalu

Bakaco: DPRD DKI akan Jegal Jokowi Capres 2014

Jumat, 04 April 2014

Pemilu Indonesia

SBY sindir Paloh: Jangan hanya teriak, perubahan seperti apa?



Merdeka.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar kampanye Partai Demokrat di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat. Saat menyampaikan orasi, SBYmembanding-bandingkan keberhasilannya dengan pemerintahan sebelumnya.

"Rasio utang pada PDB, penurunan 60 persen, sekarang tinggal 23 persen. Rasio utang kita terhadap PDB Indonesia paling rendah. APBN Rp 204 triliun, pada era Gus Dur dan Megawati Rp 403 triliun, sekarang Rp 1.667 triliun ada peningkatan APBN empat kali," kataSBY saat rapat umum Partai Demokrat di JIExpo, Kamis (3/4).

Menurut dia, semua yang dihasilkan itu bukan sebuah ilusi ataupun wacana semata tanpa ada perencanaan bayangan. "It's not an illusion, semua itu hasil telaah dan bagian strategic planning," ucapSBY menegaskan.

Atas alasan itu, dengan sedikit menyindir slogan perubahan dari beberapa partai, SBY menyatakan seluruh perbaikan yang belum tetap akan diperbaiki. Tidak perlu teriak-teriak dan mendorong perubahan.

"Kalau sudah baik jangan diubah-ubah, jangan hanya teriak-teriak perubahan-perubahan, what kind of change (perubahan seperti apa)?," kata SBY bertanya.

SBY mengajak kepada seluruh kadernya untuk kembali mengenang saat perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan. SBY juga mengajak mereka untuk mencegah peristiwa tersebut terulang kembali.

"Jangan sampai ada salah urus. Sekali lagi ini negara besar, jangan asal-asalan. Jangan diobrak-abrik," ujarnya.
[mtf]

Rabu, 02 April 2014

Partai No 1


Pemilih muda cerdas akan memilih Partai No : 1.
Tiada jalan lain restorasi harus dilakukan untuk mencapai kesejahteraan rakyat.