Hidayatullah.com--Muhammad Mahendradatta, salah satu advokat senior Indonesia menganggap isu terorisme sudah menjadi kendaraan menuju pembunuhan karakter terhadap Islam. Menurut tokoh Tim Pengacara Muslim (TPM) ini, sinergi antara BNPT dan gerakan liberal dicurigai berniat menghancurkan Islam di Indonesia.
“Jadi mereka memang ingin menghancurkan ideologi (Islam), mereka ingin Indonesia menjadi negara sekuler,” jelas Mahendratta kepada hidayatullah.com, Sabtu (15/09/2012)
Terkait isu BNPT mengenai terduga ‘teroris’ yang banyak masih berusia belia tidak bisa dijadikan alasan menuduh organisasi rohani Islam (Rohis) di sekolah dan kampus sebagai biang keladinya. Menurutnya zaman sekarang pendidikan bisa didapat di mana saja.
Lagipula secara fakta, Mahendradatta menjelaskan isu terorisme yang gerakkan BNPT dan Densus 88 sendiri sudah terbukti bukan lagi penegakan hukum. Namun, ada propaganda politik untuk menghancurkan Islam.
“Dan itu adalah pelanggaran HAM,” tambahnya lagi.
Pernyataan Mahendra ini disampaikan menanggapi tayangan Metro TV yang menampilkan tayangan mengenai pola rekruitmen terduga ‘teroris‘ muda. Dalam tayangan tersebut, Metro TV menyebut bahwa sasaran rekruitment teroris muda dari siswa SMP dan SMA di sekolah umum.
Dalam sebuah running teksnya, Metro TV menyebut tayangannya tersebut bersumber dari penelitian Bambang Pranowo dari UIN Jakarta.
Tayangan Metro TV tersebut juga mendapat bantahan dari Ketua Badan Fatwa MUI Pusat, KH. Ma’ruf Amin. Kiai Ma'ruf Amin meminta organisasi rohani islam (Rohis) tidak digeneralisir sebagai sarang teroris. Menurutnya, penyebutan Rohis sebagai sarang teroris akan menimbulkan stigma negatif terhadap organisasi di sekolah tersebut.
"Jangan digeneralisir seperti itu. Pernyataan yang demikian justru akan menimbulkan sikap saling curiga," ujar Ma'ruf.
Menurut Ma'ruf, jika ada indikasi sebuah Rohis yang digunakan sebagai sarana pengkaderan teroris, aparat diminta langsung bertindak. Tetapi sebaiknya tidak menggeneralisir bahwa semua Rohis adalah sarang teroris.
"Kalau memang ada tangkap saja langsung, tapi jangan digeneralisir. Akibatnya nanti akan saling tuding dan saling lempar," ujarnya dikutip Bisnis Indonesia.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar